Rubah Ekor 9 Yang Melegenda di dunia
Patuh legenda, rubah yang hidup ribuan tahun berubah menjadi gumiho, yang dapat masuk menjadi Cewek. Gumiho berkelakuan jahat dan makan hati atau jantung penganut (ada legenda berbeda retakan satu dengan Yang lain) agar bisa tetap hidup. Huli jing di China dikatakan terbuat dari vitalitas hawa (yin) dan butuh stamina laki laki (yang) agar bisa berkukuh hidup. Sementara itu, kitsune di Jepang bisa laki laki atau Istri, dan dapat melacak untuk berulah kebaikan.
Sama seperti anak adam serigala maupun vampir di Barat, ada bineka mitos tercantol dari legenda yang diceritakan. Beberapa cerita menuturkan bahwa jika gumiho tidak di dor dan melahap pengikut selagi sewu hari, maka gumiho dapat menjadi Jemaah. Cerita Yang lain, seperti sinetron Gumiho: Tale of the Fox’s Child, menyampaikan bahwa gumiho bisa menjadi anak adam jika cowok yang mengecek wujud aslinya merahasiakan hal tercatat selagi 10 tahun. Di luar setiap cerita itu, ada hal yang senantiasa tegar diceritakan, yakni bahwa gumiho yakni rubah, Istri, berubah wujud, dan karnivora.
Sekarang kita kupas tentang arti gumiho dalam budaya. Rubah yakni bayangan umum di banyak budaya berbeda yang menerangkan pembohong atau mahir tapi jahat yang menjambret atau mengecoh yang lain untuk mencarikan apa yang dia inginkan. Orang yang biak dengan mendengarkan fabel Aesop ingat peniruan klasik tentang rubah dalam cerita dongeng. Dan tidak sulit untuk menyaksikan bagaimana rubah mencarikan sifat Tertulis. Binatang ini yaitu pemburu nocturnal dan sifat dasarnya yang bahagia Merampok, dan dikenal di seluruh aspek dengan akal liciknya.
Di Korea, rubah mempunyai penyokong implikasi budaya, yakni kelicikan seksual. Kata untuk rubah, yeo-woo, ialah kata yang oleh orang Korea diberikan buat perempuan yang versi kasarnya kita sebut saja si licik pemakan Laki-laki. Ada istilah bahasa inggris yang pun kurang lebih sama yakni “you sly fox” Situ( rubah licik), sungguhpun di Korea satu-satunya istilah ini melainkan diberikan menjelang cewek yang sifatnya seperti rubah Dinamakan( yeo-woo) dan mempunyai sifat predator Engkau� mulai menentukan akal licik untuk menipuku”, yah Rasa-rasanya seperti itulah Misalnya. Perempuan yang memakai pesona femininnya untuk maksud jahat atau hawa yang dengan cara terang-terangan memberi tahu seksualitasnya dengan corak jahat dibelakangnya, dinamakan yeo-woo. Menariknya, kata aktris dalam bahasa Korea bila disingkat sama penulisannya dengan yeo-woo .
Bukanlah tanpa sebab jikalau wujud gumiho melainkan yakni cewek yang cantik. Ini yakni cara dongeng untuk memperingatkan laki laki untuk tidak jatuh ke dalam trik perempuan yang merayu untuk memperdayainya. Misalnya, lihatlah interpretasi cerita gumiho klasik ini. Dalam banyak cerita, sang kesatria dalam dongeng Senantiasa( digambarkan seseorang Laki-laki) patut menambah-nambah gangguan dan tubuh tanpa pakaian gumiho, maka wujud aslinya bisa diperlihatkan. Benar, sifat alami Hawa, seksualitas tersembunyinya = iblis.
di dalam Dongeng Korea?
Ide seksualitas betina yang membahayakan benar bukanlah hal yang baru untuk dongeng. Walaupun, tidaklah berlebihan bahwa baik itu figur gumiho dan pemakaian yeo-woo yakni hal yang cukup lazim dalam budaya mutahir sungguhpun cerita fiksi. Sebahagian besar orang mungkin berpendapat bahwa mitos gumiho yaitu cerita yang dirancang untuk mempertegas sistem patrialis. Malahan hal ini sampai-sampai menubuhkan suatu legenda menjadi suatu hal yang bernalar dalam penyampaiannya.
Dalam film ataupun drama, gumiho bisa digambarkan baik itu figur yang menakutkan dan sejahat iblis atau malah figur yang komikal dan menggelikan, tergantung dari genre yang digunakan. Seiring berjalannya waktu, legenda gumiho telah berubah, seperti diceritakan dalam Gumiho: Tale of the Fox’s Child‘s yang menggambarkan gumiho yang menderita dengan jiwa yang baik yang menginginkan menjadi manusia dan menyerap kehidupan pria. Dia adalah iblis yang memilih jalan hidup yang baik supaya bisa mempertahankan sifat manusianya. Interpretasi ini hampir sama dengan mitos vampir yang mempunyai jiwa, yang berperang dengan jiwa iblis yang ada pada dirinya.
Tetapi satu hal yang menarik untuk digarisbawahi dalam drama tersebut adalah bahwa anak tersebut, begitu dia bertambah dewasa, berubah menjadi gumiho dengan segala sifatnya dan berjuang melawan sisi iblis dalam dirinya. Hal ini mungkin bisa disejajarkan dengan seorang gadis yang tumbuh dewasa dan mengalami perkembangan seksual, dan bagaimana mitos ini hanya memperlihatkan sisi jahat dari seksualitas wanita sebagai sesuatu yang tidak dapat dikontrol dan iblis yang bahkan menimpa gadis yang tidak berdosa. Dalam drama ini maupun dongeng yang menceritakan tentang gumiho, sepertinya penggambaran gumiho merendahkan seksualitas wanita sebagai sesuatu yang bersifat iblis dan menunjukkan sifat karnivoranya terhadap pria. rubah ekor 9
Komentar
Posting Komentar