Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Perkembangan Filsafat dan Penjelasanya

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT, Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan selama satu setengah abad terakhir ini lebih banyak dari pada selama berabad-abad sebelumnya.

Diskursus perkembangan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi yang semakin pesat dewasaini tidak bisa dilepaskan dari diskursus tentang akar sejarah perkembangannya yang sering dijumpai dalam filsafat ilmu sebagai metode filsafati dari tersebut.

Munculnya ilmuwan yang digolongkan sebagai filosof bukan saja karena mendasarkan filosofinya pada sejarah ilmu pengetahuan tetapi juga mereka meyakini adanya hubungan antara sejarah ilmu pengetahuan dengan filsafat.

Demikian halnya dengan Filsafat ilmu, sejarah tentang berbagai kemajuan perkembangannya sangat membantu kita untuk dapat lebih mengenal dan memahami Filsafat Ilmu itu sendiri sebab pengetahuan tentang sejarah perkembangan suatu aspek ilmu pengetahuan akan sangat membantu dalam memahami hal tersebut.

Filsafat Ilmu yang merupakan penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara memperolehnya telah berkembang seiring perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Kajian tentang sejarah perkembangan filsafat ilmu ini adalah penting,sebab diharapkan dapat mengarahkan kita dapat menerapkan penyelidikan kefilsafatan terhadap kegiatan ilmiah dan dapat mengarahkan metode-metode penyelidikan ilmiah kejuruan kepada penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ilmiah.Makalah ini akan berusaha mendeskripsikan secara singkat sejarah perkembangan filsafat ilmu.

Akan tetapi, harus diingat bahwa uraian singkat tentang salah satuperiode sejarah harus melewati dan mengungkap banyak tokoh, peristiwa dan faktayang memungkinkan dapat mengerti periode tersebut.

2.Perkembangan Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu sebagai bagian integral dari filsafat secara keseluruhan perkembangannya tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan filsafat itusendiri secara keseluruhan. Menurut Lincoln Cuba, sebagai yang dikutip oleh AliAbdul Azim, bahwa kita mengenal tiga babakan perkembangan paradigma dalam filsafat ilmu di Barat yaitu era prapositivisme, era positivisme dan era pasca modernisme. Era prapositivisme adalah era paling panjang dalam sejarah filsafat ilmu yang mencapai rentang waktu lebih dari dua ribu tahun.

 Dalam uraian ini, penulis cenderung mengklasifikasi perkembangan filsafat ilmu berdasarkan ciri khas yang mewarnai pada tiap fase perkembangan. Dari sejarah panjang filsafat, khususnya filsafat ilmu, penulis membagi tahapan perkembangannya ke dalam empat fase sebagai berikut:

1.Filsafat Ilmu zaman kuno, yang dimulai sejak munculnya filsafat sampai dengan munculnya Renaisance
2.Filsafat Ilmu sejak munculnya Rennaisance sampai memasuki era positivism
3.Filsafat Ilmu zaman Modern, sejak era Positivisme sampai akhir abad kesembilan belas
4.Filsafat Ilmu era kontemporer yang merupakan perkembangan mutakhir Filsafat Ilmu sejak awal abad kedua puluh sampai sekarang.
Perkembangan Filsafat ilmu pada keempat fase tersebut akan penulis uraikan dengan mengedepankan aspek-aspek yang mewarnai perkembangan filsafatilmu di masanya sekaligus yang menjadi babak baru dan ciri khas fase tersebutyang membedakannya dari fase-fase sebelum dan atau sesudahnya. Di samping itu penulis juga akan mengungkap tentang peran filosof muslim dalam perkembangan filsafat ilmu ini, walaupun bukan dalam suatu fase tersendiri.


3.Filsafat Ilmu Zaman Kuno
Filsafat yang dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan telah dikenal manusia pada masa Yunani Kuno. Di Miletos suatu tempat perantauan Yunani yang menjadi tempat asal mula munculnya filsafat, ditandai dengan munculnya pemikir-pemikir (baca: filosof) besar seperti Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Pemikiran filsafat yang memiliki ciri-ciri dan metode tersendiri ini berkembang terus pada masa selanjutnya.

Pada zaman Yunani Kuno filsafat dan ilmu merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan. Keduanya termasuk dalam pengertian episteme yang sepadan dengankata philosophia Pemikiran tentang episteme ini oleh Aristoteles diartikan sebagaian organized body of rational konwledge with its proper object. Jadi filsafat dan ilmu tergolong sebagai pengetahuan yang rasional. Dalam pemikiran Aritoteles selanjutnya pengetahuan rasional itu dapat dibedakan menjadi tiga bagian yang disebutnya dengan praktike (pengetahuan praktis), poietike (pengetahuan produktif), dan theoretike (pengetahuan teoritis).
Pemikiran dan pandangan Aritoteles seperti tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa nampaknya ilmu pengetahuan pada masa itu harus didasarkan pada pengertian dan akibatnya hanya dapat dilaksanakan bagi aspek-aspek realitas yang terjangkau pikiran.

Lalu masuk akal saja kalau orang berpendapat bahwa kegiatan ilmiah tidak lain daripada menyusun dan mengaitkan pengertian-pengertian itu secara logis, yang akhirnya menimbulkan kesana bahwasetiap ilmu pengetahuan mengikuti metode yang hampir sama yaitu mencari pengertian tentang prima principia, lalu mengadakan deduksi-deduksi logis.
Sejarah Perkembangan Filsafat
Sejarah Perkembangan Filsafat
Pemikirannya hal tersebut oleh generasi-generasi selanjutnya memandang bahwa Aristoteleslah sebagai peletak dasar filsafat ilmu.
Selama ribuan tahun sampai dengan akhir abad pertengahan filsafat logika Aristoteles diterima di Eropa sebagai otoritas yang besar. Para pemikir waktu itu mengaggap bahwa pemikiran deduktif (logika formal atau sillogistik) dan wahyu sebagai sumber pengetahuan.
Aristoteles adalah peletak dasar ‘doktrin sillogisme’ yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan pemimiran di Eropa sampai denganmunculnya Era Renaisance. Sillogisme adalah argumentasi dan cara penalaran yangterdiri dari tiga buah pernya-taan, yaitu sebagai premis mayor, premis minor dankonklusi.
4. Filsafat Ilmu Era Renaisance
Memasuki masa Rennaisance, otoritas Aritoteles tersisihkan oleh metode dan pandangan baru terhadap alam yang biasa disebut Copernican Revolution yang dipelopori oleh sekelompok sanitis antara lain Copernicus (1473-1543), GalileoGalilei (1564-1542) dan Issac Newton (1642-1727) yang mengadakan pengamatan ilmiah serta metode-metode eksperimen atas dasar yang kukuh.

 Selanjutnya pada Abad XVII, pembicaraan tentang filsafat ilmu, yangditandi dengan munculnya Roger Bacon (1561-1626). Bacon lahir di ambang masuknya zaman modern yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.Bacon menanggapi Aristoteles bahwa ilmu sempurna tidak boleh mencari untung namun harus bersifat kontemplatif.

Menurutnya Ilmu harus mencari untungartinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi, dan bahwa dalam rangka itulah ilmu-ilmu berkembang dan menjadi nyata dalam kehidupan manusia.Pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan manusia human knowledge adalah human power.
Perkembangan ilmu pengetahuan modern yang berdasar pada metode eksperimental dana matematis memasuki abad XVI mengakibatkan pandangan Aritotelian yang menguasai seluruh abad pertengahan akhirnya ditinggalkan secara defenitif.

Roger Bacon adalah peletak dasar filosofis untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Bacon mengarang Novum Organon dengan maksud menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru. Karyanya tersebut sangat mempengaruhi filsafat di Inggris pada masa sesudahnya.

 Novum Organon atau New Instrumen berisi suatu pengukuihan penerimaan teori empiris tentang penyelidikan dan tidak perlu bertumpu sepenuhnya kepada logika deduktifnya Aritoteles sebab dia pandang absurd. Kehadiran Bacon memberi corak baru bagi perkembangan Filsafat Ilmu,khususnya tentang metode ilmiah. Hal ini sebagai yang dikemukakan oleh A. B.Shah dalam Scientific Method,bahwa: “Pengertian yang paling baik tentang metode ilmiah dapat dilukiskan yang paling baik menurut induksi Bacon”.

Hart mengaggap Bacon sebagai filosof pertama yang bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat dapat mengubah dunia dan dengan sangat efektif menganjurkan penyelidikan ilmiah.

Beliaulah peletak dasar-dasar metode induksimodern dan menjadi pelopor usaha untuk mensistimatisir secara logis prosedur ilmiah. Seluruh asas filsafatnya bersifat praktis yaitu menjadikan untuk manusia menguasai kekuasaan alam melalui penemauan ilmiah Menurut Bacon, jiwamanusia yang berakal mempunyai kemamapuan triganda, yaitu ingatan (memoria),daya khayal (imaginatio) dan akal (ratio).

Ketiga aspek tersebut merupakan dasarsegala pengetahuan. Ingatan menyangkut apa yang sudah diperiksa dan diselidiki (historia), daya khayal menyangkut keindahan dan akal menyangkut filsafat( philosophia) sebagai hasil kerja akal.

Sebagai pelopor perkembangan filsafat ilmu pengetahuan, Roger Bacon juga menguraikan tentang logika. Bacon menyusun logika meliputi empat macam keterampilan (ars) yaitu bidang penemuan (ars inveniendi ), bidang perumusan kesimpulan secara tepat (ars iudicandi ), bidang mempertahankan apa yang sudah dimengerti (ars retinendi ), dan bidang pengajaran (ars tradendi ).

Di sini nampak bahwa di tengah kancah perkembangan ilmu yang larut dengan pengaruh Aritoteles kehadiran Bacon berusaha untuk mengubah opiniumum tentang sillogisme yang telah ditawarkan Aristoteles sebelumnya.Bacon mengatakan bahwa logika yang digunakan sejak zaman Aristoteles hingga sekarang (zamannya, pen.) lebih merugikan dari pada menguntungkan.

Sillogisme terdiri atas proposisi-proposisi. Proposisi terdiri atas kata-kata dana kata-kata adalah simbol pengertian. Sebab itu apabila pengertian itu sendiri Yang merupakan persoalannya kacau balau dan secara tergesa-gesa di abstraksikan daripada faktanya, maka tidak mungkin diperoleh .. atas yang kokoh.atu-satunya harapan terletak pada induksi modern.
Dalam perkembangan selanjutnya muncul John Locke (1632-1714) DavidHume (1711-1776) dan Immanuel Kant (1724-1804). Ketiga filosof ini memberi pengaruh cukup besar terhadap perkembangan filsafat ilmu selanjutnya.Locke berpendapat bahwa ketika seorang bayi lahir akalnya seperti papantulis yang kosong atau kamera yang merekam kesan-kesan dari luar.

Pengetahuan hanya berasal dari indra yang dibantu oleh pemikiran, ingatan, perasaan indra diatur menjadi bermacam-macam pengetahuan. Locke mengakui adanya idebawaan (innate ideas).Dalam perkembangan pengetahuan teori Locke dikenal dengan istilah teori tabula rasa.

Berdasar pada empirisme radikal yang dianutnya Hume yakin bahwa carakerja logis induksi yang diperkenalkan oleh Bacon tidak mempunyai dasar teoritis sama sekali. Logika induktif ialah kontradiksi: dua kata yang bertentangan satusama lain sebab induksi melanggar salah satu hukum logika yaitu bahwa kesimpulan tidak boleh leboh luas dari pada premis. Sanggahan Hume ini secara konsekwen sesuai dengan anggapan dasarnya bahwa hanya ada dua cara pengetahuan, yaitu pengetahuan empiris dan abstract reasoning concerning quantoty or number,yang keduanya deduktif.

 SEJARAH perkembangan filsafat berkembang atas dasar pemikiran kefilsafatan yang telah dibangun sejak abad ke-6 SM. Ada dua orang filsuf yang corak pemikirannya boleh dikatakan mewarnai diskusi­diskusi filsafat sepanjang sejarah perkembangannya, yaitu Herakleitos (535-475 SM) dan Parmenides (540-­475 SM).

Pembagian secara periodisasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern, dan masa kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Fenomenologi, Pragmatisme, dan Neo­Kantianianisme dan Neo-tomisme. Pembagian secara periodisasi Filsafat Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman Neo-Konfusionisme, dan. zaman modern. Tema yang pokok di filsafat Cina adalah masalah perikemanusiaan. Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Adapun pada Filsafat Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Muta-kallimin dan periode filsafat Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini pembahasan mengacu ke pemikiran filsafat di Barat.

Periode filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas.
Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses ini kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.

Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoretis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer.

 ADAB BERFILSAFAT

Sebagaimana dibahas dalam refleksi sebelumnya, obyek filsafat ada dua jenis, yaitu: 1) yang ada dan 2) yang mungkin ada.  Untuk memahami segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, orang yang berfilsafat akan berolah pikir intensif dan ekstensif. Intensif artinya memahami segala sesuatu secara dalam sedalam-dalamnya, ekstensif artinya memaknai segala sesuatu secara luas seluas-luasnya. Berfilsafat adalah oleh pikir seorang profesional, karena filsafat menuntut kesadaran dalam multi dimensi. Seseorang yang berfilsafat harus berpikiran terbuka dan secara ikhlas bersiap diri sebagai pebelajar untuk selalu belajar dan belajar. Melalui kesediaan untuk selalu belajar dan belajar maka filsafat seseorang akan hidup atau berkembang.
Selalu berkembang atau berubah adalah sebenar-benar hidup. Pada hakekatnya tidak ada sesuatupun di dunia ini yang tetap atau sama. Sebagai contoh; orang Barat berbeda dengan orang Timur, orang lain berbeda dengan diri kita, dua orang kembar identikpun pasti berbeda dan seterusnya. Jika kita berpikir lebih dalam lagi, jangankan orang lain, diri kita sendiri tidak pernah sama ditinjau dari ruang dan waktu. Segala sesuatu di dunia ini dibatasi oleh ruang dan waktu. Tidak ada sesuatupun yang menempati ruang dan waktu yang sama. Demikian halnya bumi yang berputar tidak akan pernah berada pada ruang dan waktu yang sama. Setiap saat adalah kesempatan karena hal itu tidak akan pernah terulang.  Sangatlah bijaksana orang yang mampu memanfaatkan setiap waktu yang dimilikinya secara optimal.

ZAMAN PRA YUNANI KUNO

PADA masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000 tahun. Antara abad ke-15 sampai 6-SM, manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk berbagai peralatan. Abad kelima belas Sebelum Masehi peralatan besi dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di Eropa atau Tiongkok.

Pada abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat di tempat itu disebut suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani.

Pada bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti. Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: dari mana dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit, lalu terbenam lagi? Melalui mite­-mite, manusia mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite jenis pertama yang mencari keterangan tentang asal usul alam semesta sendiri biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite jenis kedua yang mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian dalam alam semesta disebut mite kosmologis. Khusus pada bangsa Yunani ialah mereka mengadakan beberapa usaha untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan mite-mite satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan dengan mite lain.

dalam hal ini memperkenalkan cara pengenalan dan mengambil kesimpulan secara sintetis yang di peroleh secara posteriori dan putusan analitis dan diperoleh secara a priori, di samping itu juga kesimpulan yang bersifat sintetis yang juga diperoleh secara a priori.Ilmu pasti disusun atas putusan yang a priori  yang bersifat sintetis.

Ilmu pengetahuan mengandaikan adanya putusan - putusanyang memberikan pengertian baru (sintetis) dan yang pasti mutlak serta bersifatumum (a priori ). Maka ilmu pengetahuan menuntut adanya putusan-putusan yang bersifat a priori yang bersifat sintesis.
Ketiga teorinya ini dikenal dengan nama Kritik Rasio Murni yang dikemukakan dalam Kritik der Reinen Vernunft.
Memasuki abad XIX muncul Johann Gottlieb Fichte (1762-1814) memperkenalkan filsafat Wissenchaftslehre atau Ajaran Ilmu Pengetahuan (Epistimologi), yang bukan-nya suatu pemikiran teoritis tentang struktur dan hubungan ilmu pengetahuan melainkan suatu penyadaran tentang pengenalan diri sendiri yaitu penyadaran metodis di bidang pengetahuan itu sendiri.

Fichte menentang Kant yang mengatakan bahwa berfikir secara ilmu-pasti alamlah yang akan memberikan kepastian di bidang pengenalan. Fichte tidak memisahkan antara rasio teoritis dan rasio praktis.Selanjutnya muncul John Stuart Mill (1806-1873).

Dalam A system of Logic Mill menyelidiki dasar-dasar teoritis falsafi proseskerja induksi. Mill melihat bahwa tugas utama logika dalam bidang mengatur carakerja induktif lebih dari sekedar menentukan patokan deduksi logistis yang takpernah menyampaikan pengetahuan baru kepada kita.

 Dalam menguraikan logika induktif Mill mau menghindari daya eksterm yaitu generalisasi empiris dan mencari dukungan dalam salah satu teori mengenai induksi atau pengertian apriori.Mill berpendapat bahwa induksi sangat penting, karena jalan pikirannya dari yang diketahui menuju (proceds) ke yang tidak diketahui.


 Pada awalnya filsafat timbul karena adanya pemikiran manusia untuk mengetahui segala sesuatu di luar diri manusia. Orang pada saat itu bertanya-tanya tentang terjadinya alam semesta dan lain sebagainya. Oleh karena itu berdasarkan timbulnya filsafat dapat dikelompokkan menjadi; 1) Filsafat alam, 2) Filsafat hati dan 3) Filsafat idealis.
Filsafat alam timbul sebagai bentuk pemikiran para filosof Yunani Kuno yang ingin mengetahui asal mula terjadinya bumi. Sebelum munculnya kaum Sofis, untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya, orang Yunani mencari jawabannya dalam bentuk mitos-mitos. Atas dasar mitologi, manusia pada waktu itu berusaha menjelaskan berbagai gejala alam dengan segala macam aturannya; sedangkan para dewa dengan keperkasaan dan kekuasaannya ditempatkan sebagai sumber segala sesuatu yang ada dan terjadi di alam semesta.
Filsafat hati terkait dengan diri manusia itu sendiri. Filsafat ini timbul karena adanya pemikiran tentang tesis (pemikiran diri) dan antitesis (pemikiran orang lain). Disini kita mengenal tokoh filsafat ini adalah Heraklietos dan Permenides.
Filsafat ideal obyeknya berada dalam pemikiran manusia. Tokoh filsafat idealis adalah Plato dan Permenides. Lawan dari filsafat idealis adalah filsafat realis. Aliran ini mempunyai pemikiran bahwa pengetahuan ada di luar pikiran, misalnya; melihat, menulis, menjelajai alam dan sebagainya yang berbentuk pengalaman. Tokoh filsafat ini adalah Aristoteles.
Pada hakikatnya, setiap individu akan berfilsafat pada saat dihadapkan pada masalah hidup yang fundamental, yang membutuhkan jawaban yang jelas. Sejak manusia mulai mengagumi sesuatu, mempertanyakan makna serta asal mulanya, sejak saat itu pula manusia dengan berbagai cara berusaha mendapatkan jawaban, sekalipun jawaban yang didapat akhirnya masih berada dalam wilayah yang bersifat spekulatif dan non empirik (Siswomihardjo, 1985). Meskipun filsafat merupakan aktivitas setiap manusia, tetapi perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari  perkembangan filsafat barat. Belajar filsafat tidak dapat terlepas dari belajar sejarah filsafat dalam arti yang luas. Belajar filsafat perlu referensi, yaitu pemikiran para filosof. Jadi meskipun filsafat itu ada pada diri setiap manusia, dengan memahami sejarah filsafat dan pemikiran para filosof diharapkan menjadi referensi yang berharga bagi sesorang.
Perbincangan filsafat pada perkuliahan ini dibedakan menjadi dua, yaitu; 1) filsafat hidup, dan 2) filsafat keilmuan. Filsafat hidup dimulai sejak adanya manusia yaitu jaman Nabi Adam, as, sedangkan filsafat keilmuan dimulai pada jaman Yunani Kuno. Belajar filsafat keilmuan tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, sedangkan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat dilepaskan dari perkembangan filsafat barat. Filsafat barat bersumber dari filsafat Yunani Kuno yang dimulai dengan munculnya kaum Sofis yang kemudian disusul oleh  Socrates, Plato, Aristoteles dan lainnya.

Selanjutnya dalam tulisan ini filsafat keilmuan dianggap sama maknanya dengan filsafat ilmu. Penulis akan memaparkan sejarah perkembangan filsafat ilmu yang disusun berdasarkan catatan penulis semasa mengikuti perkuliahan Filsafat Ilmu dari dosen Dr. Marsigit, MA., dan berbagai sumber lain yang layak dijadikan rujukan. Oleh karena kajian tentang perkembangan filsafat ilmu sangatlah luas, untuk memudahkan penulisan maka penulis memilih cara memaparkannya berdasarkan periodisasi, selanjutnya tokoh-tokoh yang terkait dan pemikirannya disesuaikan dengan periodenya.

Kedua karya puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut lama sekali digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Pada dialog yang bernama Foliteia, Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif.

ref: suarakritingfree. blogspot. com 
http://alamseraya. blogspot .com/ 
http://funlearningmath.blogspot.com/

sekian dulu semoga bermanfaat ya guys artikel nya, jika ada pertanyaan silahkan tanya aja lewat komentar di bawah postingan nya oke. mohon maaf jika ada salah kata atau kekuranganya.!!
wassalaamualaikum

Posting Komentar untuk "Sejarah Perkembangan Filsafat dan Penjelasanya"